Senin, 16 Oktober 2017

Analisis Puisi Insyaf Karya Amir Hamzah

Analisis puisi "insaf" karya Amir Hamzah

PUISI AMIR HAMZAH
Segala kupinta tiada kauberi
segala kutanya tiada kausahuti
butalah aku terdiri sendiri
penuntun tiada memimpin jari

Maju mundur tiada terdaya
sempit bumi dunia raya
runtuh ripuk astana cuaca
kureka gembira di lapangan dada

Buta tuli bisu kelu
tertahan aku di muka dewala
tertegun aku di jalan buntu
tertebas putus sutera sempana

Besar benar salah arahku
hampir tertahan tumpah berkahmu
hampir tertutup pintu restu
gapura rahsia jalan bertemu

Insaf diriku dera durhaka
gugur tersungkur merenang mata;
samar terdengar suwara suwarni
sapur melipur merindu temu.

Insaf aku
bukan ini perbuatan kekasihku
tiada mungkin reka tangannya
kerana cinta tiada mendera

APRESIASI PUISI
1. Unsur Ekstrinsik
Tengkoe Amir Hamzah yang bernama lengkap Tengkoe Amir Hamzah Pangeran Indra Poetera, atau lebih dikenal hanya dengan nama pena Amir Hamzah (lahir di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Timur, Hindia Belanda, 28 Februari 1911 – meninggal di Kwala Begumit, Binjai, Langkat, Indonesia, 20 Maret 1946 pada umur 35 tahun) adalah sastrawan Indonesia angkatan Poedjangga Baroe dan Pahlawan Nasional Indonesia. Lahir dari keluarga bangsawan Melayu Kesultanan Langkat di Sumatera Utara, ia dididik di Sumatera dan Jawa. Saat berguru di SMA di Surakarta sekitar 1930 Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945, ia menjabat sebagai wakil pemerintah di Langkat. Namun siapa nyana, pada tahun pertama negara Indonesia yang baru lahir, ia meninggal dalam peristiwa konflik sosial berdarah di Sumatera yang disulut oleh faksi dari Partai Komunis Indonesia dan dimakamkan di sebuah kuburan massal.
Amir mulai menulis puisi saat masih remaja: meskipun karya-karyanya tidak bertanggal, yang paling awal diperkirakan telah ditulis ketika ia pertama kali melakukan perjalanan ke Jawa. Menggambarkan pengaruh dari budaya Melayu aslinya, Islam, Kekristenan, dan Sastra Timur, Amir menulis 50 puisi, 18 buah puisi prosa, dan berbagai karya lainnya, termasuk beberapa terjemahan. Pada tahun 1932 ia turut mendirikan majalah sastra Poedjangga Baroe. Setelah kembali ke Sumatera, ia berhenti menulis. Sebagian besar puisi-puisinya diterbitkan dalam dua koleksi, Njanji Soenji (EYD: "Nyanyi Sunyi", 1937) dan Boeah Rindoe (EYD: "Buah Rindu", 1941), awalnya dalam Poedjangga Baroe, kemudian sebagai buku yang diterbitkan.
Puisi-puisi Amir sarat dengan tema cinta dan agama, dan puisinya sering mencerminkan konflik batin yang mendalam. Diksi pilihannya yang menggunakan kata-kata bahasa Melayu dan bahasa Jawa dan memperluas struktur tradisional, dipengaruhi oleh kebutuhan untuk ritme dan metrum, serta simbolisme yang berhubungan dengan istilah-istilah tertentu. Karya-karya awalnya berhubungan dengan rasa rindu dan cinta, baik erotis dan ideal, sedangkan karya-karyanya selanjutnya mempunyai makna yang lebih religius. Dari dua koleksinya, Nyanyi Sunyi umumnya dianggap lebih maju. Untuk puisi-puisinya, Amir telah disebut sebagai "Raja Penyair Zaman Poedjangga Baroe" (EYD:"Raja Penyair Zaman Pujangga Baru") dan satu-satunya penyair Indonesia berkelas internasional dari era pra-Revolusi Nasional Indonesia.
            Latarbelakangpenulismembuatpuisiiniyaitusaatmelakukanperjalanankejawa.

I.                  Unsur Intrinsik
1.      Tema
Temadaripuisi “insaf” adalah sang penulisterlalubanyakmelakukankesalahan di dunianyasehinggapenulisingininsafdanmintamaafkepadatuhannya
2.      Musikalitas
-Rima
Bait pertama                Segala kupinta tiada kauberi
segala kutanya tiada kausahuti
butalah aku terdiri sendiri
penuntun tiada memimpin jari
(Rima akhirdanrimaTerus)

Bait kedua                   Maju mundur tiada terdaya
sempit bumi dunia raya
runtuh ripuk astana cuaca
kureka gembira di lapangan dada
(Rima akhirdanrimaterus)

Bait ketiga                   Buta tuli bisu kelu
tertahan aku di muka dewala
tertegun aku di jalan buntu
tertebas putus sutera sempana
(Rima Akhirdanrimasilang)
Bait Keempat              Besar benar salah arahku
hampir tertahan tumpah berkahmu
hampir tertutup pintu restu
gapura rahsia jalan bertemu
(Rima Akhirdan Rima terus)
Bait Kelima                 Insaf diriku dera durhaka
gugur tersungkur merenang mata
samar terdengar suwara suwarni
sapur melipur merindu temu
(rimataksempurna)
Bait Keenam               Insaf aku
bukan ini perbuatan kekasihku
tiada mungkin reka tangannya
kerana cinta tiada mendera
(rimaakhirdanrimapasangan)

3. Irama
  1.Pada bait ke-1 terdapat irama dalam kalimat “Segalakupintatiada kauberi” “segalakutanyatiada kausahuti” “butalah aku terdirisendiri”.
  2.Pada bait ke-2 terdapat irama dalam kalimat
Maju mundur tiadaterdaya
sempit bumi duniaraya
runtuh ripuk astanacuaca
kureka gembira di lapangan dada
3.Pada bait ke-3 terdapatirama dalam kalimat
Buta tuli bisu kelu
tertahan aku di muka dewala
tertegun aku di jalan buntu
tertebas putus sutera sempana
                        4.  Pada Bait ke-4 terdapat irama dalam kalimat
Besar benar salah arahku
“hampir tertutup pintu restu
5. Pada Bait ke-5 terdapat irama dalam kalimat
“Insaf diriku dera durhaka
gugur tersungkur merenang mata;
samar terdengar suwara suwarni
sapur melipur merindu temu”
6. Pada bait ke-6 terdapat irama dalam kalimat
karana cinta tiada mendera

4. Nada
Bait pertama            Segala kupinta tiada kauberi
segala kutanya tiada kausahuti
butalah aku terdiri sendiri
penuntun tiada memimpin jari
(menggunakan nada rendah)
Bait kedua               Maju mundur tiada terdaya
sempit bumi dunia raya
runtuh ripuk astana cuaca
kureka gembira di lapangan dada
(menggunakan nada  rendah)
Bait ketiga               Buta tuli bisu kelu
tertahan aku di muka dewala
tertegun aku di jalan buntu
tertebas putus sutera sempana
(menggunakan nadarendah)
Bait Keempat              Besar benar salah arahku
hampir tertahan tumpah berkahmu
hampir tertutup pintu restu
gapura rahasia jalan bertemu
                                    (menggunakan nada sedang)
Bait Kelima                 Insaf diriku dera durhaka
gugur tersungkur merenang mata
samar terdengar suwara suwarni
sapur melipur merindu temu
                             (menggunakan nada tinggi)
Bait Keenam               Insaf aku
bukan ini perbuatan kekasihku
tiada mungkin reka tangannya
kerana cinta tiada mendera
                                    (menggunakan nada tinggi)

5. Tempo
Bait pertama            Segala kupinta tiada kauberi
segala kutanya tiada kausahuti
butalah aku terdiri sendiri
penuntun tiada memimpin jari
(menggunakan tempo lambat)
Bait kedua               Maju mundur tiada terdaya
sempit bumi dunia raya
runtuh ripuk astana cuaca
kureka gembira di lapangan dada
 (menggunakan tempo lambat)
Bait ketiga               Buta tuli bisu kelu
tertahan aku di muka dewala
tertegun aku di jalan buntu
tertebas putus sutera sempana
(menggunakan tempo sedang)
Bait Keempat              Besar benar salah arahku
hampir tertahan tumpah berkahmu
hampir tertutup pintu restu
gapura rahasia jalan bertemu
                                    (menggunakan tempo sedang)
Bait Kelima                 Insaf diriku dera durhaka
gugur tersungkur merenang mata
samar terdengar suwara suwarni
sapur melipur merindu temu
                             (menggunakan tempo cepat)
Bait Keenam               Insaf aku
bukan ini perbuatan kekasihku
tiada mungkin reka tangannya
kerana cinta tiada mendera
                                    (menggunakan nada sedang)

3.     Korespondensi
Pada bait pertama kata “kau” sebagai kata kunci..kau siapa??siapoakah si Kau ini?? Kata kau ini menjelaskan bahwa si aku/penulis tengah mendapatkan sebuah kesusahan karena semua pertanyaan dan permintaanya tidak dijawab oleh “kau” yaitu tuhan. Sehingga ia mendengarkan suara samar samar yang merdu merindukan rahmat dari tuhannya .
Pada bait kedua ini “maju mundur tiada terdaya” merupakan pemadatan kata yang artinya bahwa segala yang dinginkannya tak mampu terpenuhi. Apa yang menjadi harapannya hancur karena sikap durhakanya terhadap tuhannya
Pada bait ketiga mengambarkan ketakutan penulis jika dia tidak diberi hidayah oleh tuhannya karena dia telah banyak melakukan kesalahan
Pada bait keempat hampir sama dengan ketiga, penulis takut jika tuhannya menghentikan berkah karena kesalahan nya.
Pada bait kelima penulis akhirnya bertaubat karena ingin kembali diperhatikan oleh tuhannya dan ingin kembali ke jalan yang benar
Pada bait keenam merupakan penegasan dari bait kelima bahwa kesalahan-kesalahan yang dia buat bukan kemauan sejati dari dirinya dan dirinya ingin benar-benar kembali kejalan yang benar
4.     Gaya Bahasa
1.Segala kupinta tiada kauberi
segala kutanya tiada kausahuti (majas pararelisme dan simetris)
butalah aku terdiri sendiri (Alusio)
penuntun tiada memimpin jari(pars prototo)
2.Maju mundur tiada terdaya (simetris)
sempit bumi dunia raya (paradoks)
runtuh ripuk astana cuaca (simbolik)
kureka gembira di lapangan dada (simbolik)
3. Buta tuli bisu kelu
tertahan aku di muka dewala(simbolik)
tertegun aku di jalan buntu
(istilah)
tertebas putus sutera sempana (simbolik)

4. Besar benar salah arahku
hampir tertahan tumpah berkahmu(simbolik)
hampir tertutup pintu restu
gapura rahasia jalan bertemu(simbolik)
5. Insaf diriku dera durhaka
gugur tersungkur merenang mata(metafora)
samar terdengar suwara suwarni
sapur melipur merindu temu
6. Insaf aku
bukan ini perbuatan kekasihku
tiada mungkin reka tangannya.
kerana cinta tiada mendera(hiperbola)
5.      Amanat
Jadi sebagai manusia kita tidak boleh terlalu banyak melakukan kesalahan karena kesalahan itu sendiri akan membuat komunikasi kita dengan tuhan akan terhambat dan tuhan pun tidak akan memberikana hidayah dan keberkahannya, oleh karena itu insaf atau bertaubatlah selagi kita masih ada didunia dan jangan mengulanginya lagi.
II.                Kata-kata penghargaan
Amir Hamzah adalah penyair era 40 an yang terkenal, dia juga adalah sastrawan poejangga baroe yang paling terkenal, puisi-puisinya sangat berkelas , Amir hamzah juga sudah go International berkat karya sastranya, Puisinya banyak bertemakan islami dan sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar