Analisis puisi "insaf" karya Amir Hamzah
PUISI
AMIR HAMZAH
Segala
kupinta tiada kauberi
segala kutanya tiada kausahuti
butalah aku terdiri sendiri
penuntun tiada memimpin jari
Maju mundur tiada terdaya
sempit bumi dunia raya
runtuh ripuk astana cuaca
kureka gembira di lapangan dada
Buta tuli bisu kelu
tertahan aku di muka dewala
tertegun aku di jalan buntu
tertebas putus sutera sempana
Besar benar salah arahku
hampir tertahan tumpah berkahmu
hampir tertutup pintu restu
gapura rahsia jalan bertemu
Insaf diriku dera durhaka
gugur tersungkur merenang mata;
samar terdengar suwara suwarni
sapur melipur merindu temu.
Insaf aku
bukan ini perbuatan kekasihku
tiada mungkin reka tangannya
kerana cinta tiada mendera
segala kutanya tiada kausahuti
butalah aku terdiri sendiri
penuntun tiada memimpin jari
Maju mundur tiada terdaya
sempit bumi dunia raya
runtuh ripuk astana cuaca
kureka gembira di lapangan dada
Buta tuli bisu kelu
tertahan aku di muka dewala
tertegun aku di jalan buntu
tertebas putus sutera sempana
Besar benar salah arahku
hampir tertahan tumpah berkahmu
hampir tertutup pintu restu
gapura rahsia jalan bertemu
Insaf diriku dera durhaka
gugur tersungkur merenang mata;
samar terdengar suwara suwarni
sapur melipur merindu temu.
Insaf aku
bukan ini perbuatan kekasihku
tiada mungkin reka tangannya
kerana cinta tiada mendera
APRESIASI PUISI
1.
Unsur Ekstrinsik
Tengkoe Amir Hamzah yang bernama lengkap Tengkoe
Amir Hamzah Pangeran Indra Poetera, atau lebih dikenal hanya dengan nama
pena Amir Hamzah (lahir di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Timur, Hindia
Belanda, 28 Februari 1911 – meninggal di Kwala Begumit, Binjai,
Langkat, Indonesia, 20 Maret 1946 pada umur 35 tahun) adalah sastrawan
Indonesia angkatan Poedjangga Baroe dan Pahlawan Nasional Indonesia. Lahir dari
keluarga bangsawan Melayu Kesultanan Langkat di Sumatera Utara, ia dididik di
Sumatera dan Jawa. Saat berguru di SMA di Surakarta sekitar 1930 Setelah
Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945, ia menjabat sebagai
wakil pemerintah di Langkat. Namun siapa nyana, pada tahun pertama negara
Indonesia yang baru lahir, ia meninggal dalam peristiwa konflik sosial berdarah
di Sumatera yang disulut oleh faksi dari Partai Komunis Indonesia dan
dimakamkan di sebuah kuburan massal.
Amir mulai menulis puisi saat masih remaja: meskipun karya-karyanya
tidak bertanggal, yang paling awal diperkirakan telah ditulis ketika ia pertama
kali melakukan perjalanan ke Jawa. Menggambarkan pengaruh dari budaya Melayu
aslinya, Islam, Kekristenan, dan Sastra Timur, Amir menulis 50 puisi, 18 buah
puisi prosa, dan berbagai karya lainnya, termasuk beberapa terjemahan. Pada
tahun 1932 ia turut mendirikan majalah sastra Poedjangga Baroe. Setelah kembali ke Sumatera, ia berhenti
menulis. Sebagian besar puisi-puisinya diterbitkan dalam dua koleksi, Njanji Soenji (EYD: "Nyanyi
Sunyi", 1937) dan Boeah Rindoe
(EYD: "Buah Rindu", 1941), awalnya dalam Poedjangga Baroe, kemudian sebagai buku yang diterbitkan.
Puisi-puisi Amir sarat dengan tema cinta dan agama, dan puisinya sering
mencerminkan konflik batin yang mendalam. Diksi pilihannya yang menggunakan
kata-kata bahasa Melayu dan bahasa Jawa dan memperluas struktur tradisional,
dipengaruhi oleh kebutuhan untuk ritme dan metrum, serta simbolisme yang
berhubungan dengan istilah-istilah tertentu. Karya-karya awalnya berhubungan
dengan rasa rindu dan cinta, baik erotis dan ideal, sedangkan karya-karyanya
selanjutnya mempunyai makna yang lebih religius. Dari dua koleksinya, Nyanyi Sunyi umumnya dianggap lebih
maju. Untuk puisi-puisinya, Amir telah disebut sebagai "Raja Penyair Zaman
Poedjangga Baroe" (EYD:"Raja Penyair Zaman Pujangga Baru") dan
satu-satunya penyair Indonesia berkelas internasional dari era pra-Revolusi Nasional Indonesia.
Latarbelakangpenulismembuatpuisiiniyaitusaatmelakukanperjalanankejawa.
I.
Unsur
Intrinsik
1.
Tema
Temadaripuisi “insaf” adalah sang
penulisterlalubanyakmelakukankesalahan di
dunianyasehinggapenulisingininsafdanmintamaafkepadatuhannya
2.
Musikalitas
-Rima
Bait pertama Segala kupinta tiada kauberi
segala kutanya tiada kausahuti
butalah aku terdiri sendiri
penuntun tiada memimpin jari (Rima akhirdanrimaTerus)
segala kutanya tiada kausahuti
butalah aku terdiri sendiri
penuntun tiada memimpin jari (Rima akhirdanrimaTerus)
Bait kedua Maju mundur
tiada terdaya
sempit bumi dunia raya
runtuh ripuk astana cuaca
kureka gembira di lapangan dada(Rima akhirdanrimaterus)
sempit bumi dunia raya
runtuh ripuk astana cuaca
kureka gembira di lapangan dada(Rima akhirdanrimaterus)
Bait ketiga Buta tuli bisu kelu
tertahan aku di muka dewala
tertegun aku di jalan buntu
tertebas putus sutera sempana(Rima Akhirdanrimasilang)
tertahan aku di muka dewala
tertegun aku di jalan buntu
tertebas putus sutera sempana(Rima Akhirdanrimasilang)
Bait Keempat Besar benar
salah arahku
hampir tertahan tumpah berkahmu
hampir tertutup pintu restu
gapura rahsia jalan bertemu (Rima Akhirdan Rima terus)
hampir tertahan tumpah berkahmu
hampir tertutup pintu restu
gapura rahsia jalan bertemu (Rima Akhirdan Rima terus)
Bait Kelima Insaf diriku
dera durhaka
gugur tersungkur merenang mata
samar terdengar suwara suwarni
sapur melipur merindu temu(rimataksempurna)
gugur tersungkur merenang mata
samar terdengar suwara suwarni
sapur melipur merindu temu(rimataksempurna)
Bait Keenam Insaf aku
bukan ini perbuatan kekasihku
tiada mungkin reka tangannya
kerana cinta tiada mendera (rimaakhirdanrimapasangan)
bukan ini perbuatan kekasihku
tiada mungkin reka tangannya
kerana cinta tiada mendera (rimaakhirdanrimapasangan)
3.
Irama
1.Pada bait ke-1 terdapat irama dalam kalimat “Segalakupintatiada kauberi” “segalakutanyatiada kausahuti” “butalah aku terdirisendiri”.
2.Pada bait ke-2 terdapat irama dalam kalimat
“Maju mundur tiadaterdaya
sempit bumi duniaraya
runtuh ripuk astanacuaca
kureka gembira di lapangan dada”
sempit bumi duniaraya
runtuh ripuk astanacuaca
kureka gembira di lapangan dada”
3.Pada
bait ke-3 terdapatirama dalam kalimat
“Buta tuli bisu kelu
tertahan aku di muka dewala
tertegun aku di jalan buntu
tertebas putus sutera sempana”
tertahan aku di muka dewala
tertegun aku di jalan buntu
tertebas putus sutera sempana”
4. Pada Bait ke-4 terdapat irama dalam kalimat
“Besar benar salah arahku”
“hampir tertutup pintu restu”
“hampir tertutup pintu restu”
5.
Pada Bait ke-5 terdapat irama dalam kalimat
“Insaf diriku dera durhaka
gugur tersungkur merenang mata;
samar terdengar suwara suwarni
sapur melipur merindu temu”
gugur tersungkur merenang mata;
samar terdengar suwara suwarni
sapur melipur merindu temu”
6. Pada bait ke-6 terdapat irama dalam
kalimat
“karana cinta tiada mendera”
“karana cinta tiada mendera”
4. Nada
Bait pertama Segala
kupinta tiada kauberi
segala kutanya tiada kausahuti
butalah aku terdiri sendiri
penuntun tiada memimpin jari
segala kutanya tiada kausahuti
butalah aku terdiri sendiri
penuntun tiada memimpin jari
(menggunakan
nada rendah)
Bait kedua Maju mundur
tiada terdaya
sempit bumi dunia raya
runtuh ripuk astana cuaca
kureka gembira di lapangan dada
sempit bumi dunia raya
runtuh ripuk astana cuaca
kureka gembira di lapangan dada
(menggunakan
nada rendah)
Bait ketiga Buta tuli
bisu kelu
tertahan aku di muka dewala
tertegun aku di jalan buntu
tertebas putus sutera sempana
tertahan aku di muka dewala
tertegun aku di jalan buntu
tertebas putus sutera sempana
(menggunakan nadarendah)
Bait
Keempat Besar benar
salah arahku
hampir tertahan tumpah berkahmu
hampir tertutup pintu restu
gapura rahasia jalan bertemu
hampir tertahan tumpah berkahmu
hampir tertutup pintu restu
gapura rahasia jalan bertemu
(menggunakan nada sedang)
Bait Kelima Insaf diriku dera durhaka
gugur tersungkur merenang mata
samar terdengar suwara suwarni
sapur melipur merindu temu
gugur tersungkur merenang mata
samar terdengar suwara suwarni
sapur melipur merindu temu
(menggunakan nada
tinggi)
Bait Keenam Insaf aku
bukan ini perbuatan kekasihku
tiada mungkin reka tangannya
kerana cinta tiada mendera
bukan ini perbuatan kekasihku
tiada mungkin reka tangannya
kerana cinta tiada mendera
(menggunakan nada tinggi)
5. Tempo
Bait pertama Segala
kupinta tiada kauberi
segala kutanya tiada kausahuti
butalah aku terdiri sendiri
penuntun tiada memimpin jari
segala kutanya tiada kausahuti
butalah aku terdiri sendiri
penuntun tiada memimpin jari
(menggunakan
tempo lambat)
Bait kedua Maju mundur
tiada terdaya
sempit bumi dunia raya
runtuh ripuk astana cuaca
kureka gembira di lapangan dada
sempit bumi dunia raya
runtuh ripuk astana cuaca
kureka gembira di lapangan dada
(menggunakan tempo lambat)
Bait ketiga Buta tuli
bisu kelu
tertahan aku di muka dewala
tertegun aku di jalan buntu
tertebas putus sutera sempana
tertahan aku di muka dewala
tertegun aku di jalan buntu
tertebas putus sutera sempana
(menggunakan tempo
sedang)
Bait
Keempat Besar benar
salah arahku
hampir tertahan tumpah berkahmu
hampir tertutup pintu restu
gapura rahasia jalan bertemu
hampir tertahan tumpah berkahmu
hampir tertutup pintu restu
gapura rahasia jalan bertemu
(menggunakan tempo sedang)
Bait Kelima Insaf diriku dera durhaka
gugur tersungkur merenang mata
samar terdengar suwara suwarni
sapur melipur merindu temu
gugur tersungkur merenang mata
samar terdengar suwara suwarni
sapur melipur merindu temu
(menggunakan tempo
cepat)
Bait Keenam Insaf aku
bukan ini perbuatan kekasihku
tiada mungkin reka tangannya
kerana cinta tiada mendera
bukan ini perbuatan kekasihku
tiada mungkin reka tangannya
kerana cinta tiada mendera
(menggunakan nada sedang)
3.
Korespondensi
Pada
bait pertama kata “kau” sebagai kata kunci..kau siapa??siapoakah si Kau ini??
Kata kau ini menjelaskan bahwa si aku/penulis tengah mendapatkan sebuah
kesusahan karena semua pertanyaan dan permintaanya tidak dijawab oleh “kau”
yaitu tuhan. Sehingga ia mendengarkan suara samar samar yang merdu merindukan
rahmat dari tuhannya .
Pada
bait kedua ini “maju mundur tiada terdaya” merupakan pemadatan kata yang
artinya bahwa segala yang dinginkannya tak mampu terpenuhi. Apa yang menjadi
harapannya hancur karena sikap durhakanya terhadap tuhannya
Pada bait ketiga mengambarkan ketakutan
penulis jika dia tidak diberi hidayah oleh tuhannya karena dia telah banyak
melakukan kesalahan
Pada bait keempat hampir sama dengan
ketiga, penulis takut jika tuhannya menghentikan berkah karena kesalahan nya.
Pada bait kelima penulis akhirnya
bertaubat karena ingin kembali diperhatikan oleh tuhannya dan ingin kembali ke
jalan yang benar
Pada bait keenam merupakan penegasan
dari bait kelima bahwa kesalahan-kesalahan yang dia buat bukan kemauan sejati
dari dirinya dan dirinya ingin benar-benar kembali kejalan yang benar
4.
Gaya
Bahasa
1.Segala
kupinta tiada kauberi
segala kutanya tiada kausahuti (majas
pararelisme dan simetris)
butalah aku terdiri
sendiri (Alusio)
penuntun tiada memimpin jari(pars prototo)
2.Maju
mundur tiada terdaya (simetris)
sempit bumi dunia raya
(paradoks)
runtuh ripuk astana
cuaca (simbolik)
kureka gembira di lapangan
dada (simbolik)
3. Buta tuli
bisu kelu
tertahan aku di muka dewala(simbolik)
tertegun aku di jalan buntu (istilah)
tertebas putus sutera sempana (simbolik)
tertahan aku di muka dewala(simbolik)
tertegun aku di jalan buntu (istilah)
tertebas putus sutera sempana (simbolik)
4.
Besar benar
salah arahku
hampir tertahan tumpah berkahmu(simbolik)
hampir tertutup pintu restu
gapura rahasia jalan bertemu(simbolik)
hampir tertahan tumpah berkahmu(simbolik)
hampir tertutup pintu restu
gapura rahasia jalan bertemu(simbolik)
5. Insaf
diriku dera durhaka
gugur tersungkur merenang mata(metafora)
samar terdengar suwara suwarni
sapur melipur merindu temu
gugur tersungkur merenang mata(metafora)
samar terdengar suwara suwarni
sapur melipur merindu temu
6. Insaf aku
bukan ini perbuatan kekasihku
tiada mungkin reka tangannya.
kerana cinta tiada mendera(hiperbola)
5. Amanat
Jadi
sebagai manusia kita tidak boleh terlalu banyak melakukan kesalahan karena
kesalahan itu sendiri akan membuat komunikasi kita dengan tuhan akan terhambat
dan tuhan pun tidak akan memberikana hidayah dan keberkahannya, oleh karena itu
insaf atau bertaubatlah selagi kita masih ada didunia dan jangan mengulanginya
lagi.
II.
Kata-kata penghargaan
Amir
Hamzah adalah penyair era 40 an yang terkenal, dia juga adalah sastrawan
poejangga baroe yang paling terkenal, puisi-puisinya sangat berkelas , Amir
hamzah juga sudah go International berkat karya sastranya, Puisinya banyak
bertemakan islami dan sosial.